Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

Lantai

Lantai pada Rumah Gendang terbuat dari papan kayu. Lantai dasar dan balok-balok anak cukup kuat sehingga dapat bekerja sama sebagai satu unit struktur yang mampu menahan tekanan dan menyalurkan beban (Ching 163). Sebagai bidang yang menyangga aktivitas interior dan perabot kita, lantai harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman dan permukaannya harus cukup kuat untuk menahan penggunaan dan aus yang terus menerus (Ching 162). Lantai adalah bidang ruang dalam yang datar dan mempunyai dasar yang rata. Lantai pada Rumah Gendang berfungsi sebagai tempat untuk beristirahatnya masyarakat dan beralaskan tikar.

Compang

Compang adalah sebuah tempat khusus untuk persembahan yang letaknya di  tengah kampung, tersusun dari batu pilihan dan di tengahnya diletakkan batu ceper  (watu lempe). Persembahan ditujukan kepada para roh kampung (naga tana), roh leluhur (wura agu ceki) dan Wujud Tertinggi (Morin agu Ngaran, jari agu Dedek-Tuhan  Sang Pemilik, Tuhan Sang Pencipta. Bentuk Compang hampir sama untuk setiap tempat di Manggarai. Ada yang bulat telur atau elips, ada juga yang segi empat. Pada umumnya,di atas sebuah Compang terdapat haju langke (pohon beringin) yang sengaja ditanam. Soal letak Compang, kerap Compang memiliki posisi antara rumah adat (Mbaru Gendang) dan kuburan (boa). Tinggi Compang bervariasi, Mulai dari 50 cm sampai 150 cm, Lebarnya mulai dari 100 cm sampai 200 cm, Panjangnya mulai dari 200 cm hingga 300 cm. Tak ada tata aturan baku yang secara khusus membahas soal ukuran yang pasti, tinggi, lebar dan panjangnya cukup untuk melangsungkan persembahan sesuai dengan maksud dan i

Ngaung

Ngaung (kolong rumah) adalah bagian sebelah bawah dari mbaru gendang. Ngaung dalam mbaru gendang melambangkan dunia bawah, dunia penuh dengan kegelapan, dunia orang mati. Orang Manggarai meyakini, setan atau roh-roh halus yang hendak mengganggu kehidupan manusia, datang dan tinggal di bawah kolong rumah sebelum mengganggu manusia.  Orang Manggarai sering mengatakan “jaga poti wa ngaung” (awas setan di kolong rumah). Hal ini menunjukan bahwa setan tidak jauh dari kehidupan manusia, setan tinggal di bawah ruang kehidupan manusia.