Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Sapo (tungku api)

Gambar
Di dalam mbaru gendang hanya memiliki satu sapo (tungku api). Dari beberapa kilo (keluarga) yang mendiami mbaru gendang hanya menggunakan satu tungku yang sama. Tungku api ini berada di tengah-tengah.  Hal ini menunjukan bahwa ada suatu ikatan persaudaraan yang sangat akrab. Satu tungku api ini menunjukan bahwa keharmonisan dan kebersamaan di mulai dari dalam rumah kemudian baru keluar. Hal ini tidak mengindikasikan bahwa tidak adanya konflik. Konflik itu tetap ada tetapi proses penyelesainnya dilakukan secara bersama-sama dari setiap keluarga yang mendiami mbaru gendang. 

Lo'ang (Kamar)

Gambar
Kamar merupakan sebagai tempat istirahat untuk melepas lelah dari segala aktivitas sehari-hari. Kamar dalam mbaru gendang berbeda dengan kamar rumah biasa. Kamar tidur dalam mbaru gendang dibuat sesuai dengan banyaknya keluarga yang berhak untuk mendiami mbaru gendang.  Biasanya keluarga yang mendiami mbaru gendang adalah keluarga yang memiliki status sosial sesuai dengan garis keturunannya. Keluarga yang menempati molang (kamar) dalam mbaru gendang ini perwakilan dari panga (cabang) suku dari suatu desa.  Biasanya keluarga yang dipilih untuk menempati kamar dalam rumah adat ini dipilih dari setiap keluarga panga yang bersangutan. Setiap kilo (keluarga) yang mendiami kamar dalam mbaru gendang memiliki hak atas kamar yang diempati, tetapi tidak berhak mencampuri urusan kilo (keluarga) yang lain. Singkatnya kamar di rumah gendang merupakan ruangan privasi dari setiap panga atau setiap keluarga di kampung tersebut.

Lobo (Loteng)

Lobo (loteng) adalah tempat untuk menyimpan bahan makanan dan barang yang digunakan sehari-hari.

Lutur

Gambar
Lutur merupakan tingkat pertama yang ada di dalam rumah gendang. Lutur merupakan tempat tempat bermusyawarah antara tua gendang, tua teno, tua golo dan masayarakat setempat untuk menggali pendapat terkait budaya ataupun kemajuan dari kampung tersebut. Fungsi dari lutur ini adalah sebagai tempat tinggal penghuni rumah serta sebagai tempat untuk berkumpul bersama keluarga. Segala urusan yang berhubungan dengan adat dan musyawarah di dalam sebuah kampung terjadi di dalam rumah gendang. Lutur menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tersebut.  Perkumpulan ini sering diungkapkan dalam go’et (syair), “neki weki manga ranga, kudut bantang cama pa’ang olo ngaung musi” (penghuni kampung berkumpul bersama untuk melaksanakan musyawarah).  Ungkapan ini menggambar sekaligus mengungkapkan etika hidup orang Manggarai yang menjunjung tinggi nilai persaudaran dan kebersamaan.  Dalam kegiatan musyawarah tu’a gendang (orang tua yang memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan) memimpin pertemuan ters

Siri Bongkok

Gambar
Siri bongkok merupakan sebuah tiang yang menjadi tiang utama atau main pillar mbaru gendang sehingga mbaru gendang dapat berdiri secara tegak. Siri bongkok menjadi elemen utama yang menyatukan semua level di rumah gendang. Karena itu, siri bongkok tidak seperti tiang yang lain yang hanya menopang dasar rumah gendang, tetapi tiang utama iniberdiri tegak sampai ke atap rumah. Dengan kata lain, siri bongkok menghubungkan mbaru gendang mulai dari level rumah yang paling bawah sampai level paling atas.              Siri Bongkok Rumah gendang Ru'a Adapun fungsi dari siri bongkok ialah untuk menggantungkan gendang dan gong untuk upacara adat. Dengan digantungkan gendang pada tiang utama, sehingga rumah ini disebut mbaru gendang (tempat menyimpan gendang). Fungsi lainnya adalah sebagai tempat bersandar bagi pemimpin upacar adat pada waktu upacara adat. Karena itu, tiang utama ini melambangkan fungsi dan peran pemimpin adat dalam kehidupan sehari-hari orang Manggarai sebagai “

Wuwung Mbaru (Atap Rumah Gendang)

Gambar
Wuwung Mbaru (Atap rumah) Pada bagian atap rumah gendang memiliki beberapa simbol yang mengandung nilai religius dan filosofi orang Manggarai. Pertama, lukisan wajah manusia pada kayu ngando (tiang utama mbaru gendang). Gambaran ini melukiskan kehidupan religius masyarakat Manggarai yang selalu terarah kepada Mori KeraƩng. Letaknya pada ujung bubungan rumah juga melambangkan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia di antara ciptaan lain di bumi (Janggur, 2010). Kedua, simbol tanduk kerbau yang terbuat dari kayu atau dapat juga menempelkan tanduk kerbau yang asli pada lukisan wajah manusia di ngando (ujung atap). Simbol tersebut menggambarkan watak dan kepribadian masyarakat Manggarai yang memiliki daya juang tinggi dan pekerja keras seperti kerbau. Sebab, bagi orang Manggarai kerbau adalah lambang kekuatan, daya juang dan semangat kerja yang tinggi. Dalam kenyataannya kerbau memiliki kekuatan yang dapat membantu manusia dalam mengerjakan sawah. Itulah sebabnya kerbau dalam masyarakat